“Kalau untuk tunarungu selain ruang bina wicara juga ada Ruang Bina Persepsi Bunyi dan Irama yang digunakan untuk latihan mengembangkan kemampuan memanfaatkan sisa pendengaran dan/atau perasaan vibrasi untuk menghayati bunyi dan rangsang getar di sekitarnya, serta mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya bahasa irama bagi peserta didik tunarungu,” tambah Atiek.
Ruang Bina Diri ini akan dirancang seperti rumah lengkap dengan perabot serta layout yang menyerupai rumah pada umumnya. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar secara lebih real terkait dengan berbagai kecakapan hidup seperti menyalakan kompor, memotong sayur atau buah, berpakaian, merawat diri, dan sebagainya.
“Sementara ruang Bina Wicara biasanya dilengkapi dengan fasilitas, seperti cermin, headset, microphone, meja, kursi, dan lemari,” tambah Atiek.
Menurut Atiek, kemampuan berbahasa seorang anak berkebutuhan khusus merupakan indikator yang mempengaruhi seluruh perkembangannya. Kurangnya fasilitas untuk menstimulasi akan menyebabkan gangguan yang dialami anak berkebutuhan khusus menetap.
“Adanya ruang pembelajaran khusus pada sekolah khusus sangat perlu difasilitasi untuk mengembangkan potensi anak-anak,” tambah Atiek. (Nan/Dani)